Siang buta.saya akan berangkat ke jakarta.di tahun 2004 yang penuh pesona.sekolah itu memang di kampung.tapi sungguh tidak kampungan.oh sungguh saya tak kepalang ketika mendapati nasib harus merantau di ibu kota jakarta.menemui kakak semata wayang untuk berkolaborasi bekerja di atas tumpukan mesin-mesin jet pump.menjadi kuli di negeri orang.
sungguh tak ada harapan untuk berkuliah.karena ibu selalu bersuara lantang untuk berkata "tidak" pada kuliah.jika ada orang tua yang tak setuju anaknya bersekolah di perguruan tinggi,ibu saya lah orangnya kawan.Bukan karena menganggap kuliah itu hina.tapi lebih karena ekonomi yang tak mendukung saya untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Siang itu selepas Ujian Nasional SMA di tahun 2004, saya masih bingung tentang masa depan.tentang kehormatan keluarga. tentang mempi-mimpi menjadi seorang sarjana. tentang obsesi menjadi mahasiswa dan tentang sebuah pengharapan doa waktu saya kecil dari nenek saya lewat nyanyian orang sunda "Geura gede geura jangkung,geura sakola ka bandung"..saya sudah putus asa.tak ada kata untuk melukiskannya.sudah 0.0001 % kiranya harapan saya untuk berkuliah dan menjadi kebanggaan seluruh almarhum bapak,nenek, kakek dan semua yang telah berada di alam sana.
sudah saya putuskan untuk ke jakarta saja.itulah itikad saya yang tak boleh terhapus lagi.dan kuliah pun tak akan saya harapkan lagi.
"gimana don UN kemaren?" tanya seorang guru matematika bernama Pak Budi.Seorang guru yang terlahir memiliki keterampilan sifat yang baik.
"Ya begitu pak!.Insya Allah 17 bisa"
"Bagus lah.semoga hasilnya memuaskan"
"Amin"
"Ngomong-ngomong setelah ini kamu mau lanjut kemana don?"
"Duka pak,,saya mau ke bekerja di jakarta bersama kakak saya" jawab saya dengan lesu
"lho kok????kenapa kamu tak melanjutkan saja ke kuliah" Pak budi dengan antusian
"itulah masalahnya pak...saya tak punya biaya "
"ah...itu bukan halangan.pasti suatu saat akan ada jalan"Pak budi berlalu dan menempelkan tangannya di bahu saya.
percakapan itu kiranya menjadi cambuk buat saya.kalimat terakhir yang dari sang guru yang bermuatan positif.sungguh saya tak boleh menyerah.
saya sudah jenuh siang itu di sekolah.ingin cepat pulang dan bergegas membereskan baju di koper untuk segera ke jakarta.di benak saya selalu berkata "ini lah takdir Tuhan". saya harus menerimanya.
"Doniiiiiiiiiiiiiiiiii!!!!...."
Suara yang saya dengar dari ruang guru.suara leleki yang memanggil saya dengan suka cita.itulah suara dari pak Tri suknaedi,SPd.seorang guru BK yang begitu saya hormati.
"Don...kesiniiii!!!"
Saya menghampirinya.
"ada apa,pak?"
Beliau menjabat tangan saya dengan antusias.Penuh bingar.penuh suka cita.ya.saya menagkapnya lewat kedua mata saya.suaranya penuh gelegar. tak merdu namun penuh semangat. saya masih heran.penuh tanya.
"Selamat don,kamu dapat BMU"
saya tak terkejut.saya masih belum tahu apa itu BMU.
"BMU apa pak?"
"Itu...Beasiswa Masuk Universitas.Selamat kamu akan kuliah nanti.Tuhan ternyata bercerita lain.empat hari lagi kamu harus ke jln.Ganesa No.10 di gedung Labtek V ITB "
saya terkejut.
BERSAMBUNG